Minggu, 29 Agustus 2010

Faktor Resiko dan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Faktor Resiko dan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
 “Apakah itu epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan Faktor Resiko?
Teman saya bertanya ketika melihat penyakit hipertensi telah berada pada urutan ke 6 dari 10 penyakit terbesar dari pasien kunjungan rawat jalan pada Puskesmas se Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2009 (Lihat/tekan gambar disamping). Dan Hipertensi alias tekanan darah tinggi itu adalah faktor resiko terjadi STROKE dan berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan sistem peredaran darah pada tubuh. Tahun-tahun sebelumnya penyakit ini hanya berada pada urutan ke 9 dan 10. Saya hanya bisa menjawab yang perlu diketahui dari epidemiologi penyakit tidak menular dan factor resiko adalah  dimulai dari pemahaman tentang Epidemiologi  yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan  adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok masyarakat. Penyakit  yang dikaji  bisa penyakit menular, bisa juga penyakit tidak menular. Inti kajiannya  adalah ditemukan penyebab. Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO, pengertian dari faktor resiko itu adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau kelompok masyarakat— bukan induvidu—Kunci dari ilmu epidemiologi itu adalah ditemukannya penyebab, bisa penyebab penyakit, bisa penyebab masalah kesehatan atau masalah pelayanan kesehatan.  Penyakit itu sendiri ada yang menular ada juga yang tidak menular. Khusus penyakit tidak menular yang perlu diketahui pada dasarnya adalah FAKTOR RESIKOnya.
Pada awal-awal perkembangan ilmu epidemiologi,  lebih dikhususkan pada  penyakit menular, etiologi adalah kuncinya atau penyebab  biologis dari suatu penyakit infeksi, terjadi karena adanya infeksi mikro organisme (organisme yang sangat kecil) misalnya  virus, bakteri dan lain-lain. Sekarang bukan saja penyakit menular yang sering terjadi, tetapi juga penyakit-penyakit yang tidak menular. Sehingga dalam epidemiologi penyakit tidak menular dipakai istilah FAKTOR RESIKO — bukan etiologi—–karena bukan menyangkut penyakit infeksi.
Penyakit Tidak Menular adalah penyakit kronik  atau  bersifat kronik —menahun–alias berlangsung lama, tapi ada juga yg kelangsungannya mendadak misalnya saja keracunan misalnya penyakit kangker. tubuh yang terpapar  unsur kimia dan lain-lian. Penyakit tidak menular adalah Penyakit non-Infeksi  karena penyebabnya bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi infeksi.. Penyakit tidak menular adalah Penyakit degeneratif  karena berhubungan dengan proses degenerasi (ketuaan). Dan Penyakit Tidak Menular adalah New comminicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Pengertian-pengertian dasar ini harus difahami dengan baik. Intinya atau subtansinya dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang dipakai adalah istilah ditemukannya FAKTOR RESIKO sebagai faktor penyebab.
Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat), seperti yang dijelaskan oleh oleh Simbong SW dalam epidemiologi penyakit tidak menular, yang di tulis kembali oleh MN Bustam, 2000. MN. Bustam adalah dosen penulis ketika kuliah di FKM-UNHAS)
Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu dan ditemukan juga  pada induvidu-induvidu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang tidak dapat bisa dirubah atau tepatnya :
  1. Factor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetic
  2. Factor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan olah raga
Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu  dan ditemukan juga secara  tidak  stabil pada individu-induvidu yang lain dalam suatu kelompok masyarakat  yaitu
  1. Factor resiko yang dicurigai yaitu  factor-faktor yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai factor resiko misalnya merokok sebagai penyebab kangker rahim
  2. Factor resiko yang  telah ditegakkan yaitu factor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai factor resiko terjandinya kangker paru
Faktor resiko juga dapat dilihat dari Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu  dan induvidu-induvidu lainnya sebagai factor resiko  dalam keadaan angka frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan baik dan didokumentasikan dengan kurang baik.
Kegunaannya  daripada factor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya :
  1. Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
  2. Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya factor resiko dapat  menjadikannya sebagai factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan factor pengganggu  sehingga factor resiko itu adalah factor penyebab.
  3. Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose
Kapan suatu factor resiko dapat ditegakkan sebagai factor resiko? Dalam epidemiologi dapat  atau biasa dilakukan dengan memakai konsep kausalitas sebab musebab (hubungan kausa), menurut para ahli kausalitas ada  8 kriteria (Hill 1965) yaitu
  1. Kekuatan yang dapat dilihat dari adanya resiko relative yang tinggi
  2. Temporal atau menurut urutan waktu, selalunya sebab-musebab mendahului akibat.
  3. Respon terhadap dosis paparan yang dapat menyebabkan penyakit
  4. Reversibilitas dimana paparan yang menurun akan diikuti penurunan kejadian penyakit
  5. Konsistensi yang diartikan kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang lain
  6. Biologis atau yang berhubungan dengan fisiologis tubuh
  7. Spesifitas yang dilihat dari satu penyebab menyebabkan satu akibat
  8. Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
Menentukan besar factor resiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya resiko relative atau odds rasio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara inciden populasi yang terpapar (Exposure) dengan yang tidak terpapar (Non Exposure) pada kelompok yang sakit (kasus) dan tidak sakit (kontrol). Perhitungan ini dikaitkan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan bisa juga dengan melihat frekwensi penyakitnya.


Perlu juga diketahui pengertian factor resiko dan prognosis. Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis menujukkan berapa besar kemungkinan mati akibat dari keadaan sakit. Sedangkan factor resiko adalah berapa besar kemungkinan sakit dari seorang yang sehat.
Untuk upaya pencegahan, sebenarnya upaya pencegahan pada penyakit tidak menular praktisnya hanya ditujukan kepada factor resiko yang telah diidentifikasi. misalnya pada penyakit stroke dimana hipertensi dianggap sebagai factor resiko utama, tentunya pencegahannya adalah menurunkan tekanan darah yang tinggi (hipertensi). Selaian itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit :
  1. Gaya hidup (life style)
  2. Lingkungan (environment)
  3. Biologis
  4. Pelayanan kesehatan (delivery health)
Misalnya  untuk pencegahan penyakit stroke dengan hipertensi sebagai Faktor Resiko diatas maka dilakukan intervensi kepada “gaya hidup” dengan melakukan reduksi stress, makan makanan yang rendah garam, lemak dan kalori, olah raga, tidak merokok dan lain-lain.  Untuk “lingkungan” dengan menyadari stress akibat kerja. Untuk “biologi” dapat dilihat dari jenis kelamin riwayat keluarga dalan –lain-lain. Dan yang terakhir “pelayanan kesehatan” dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan  kesehatan dan  pemeriksaan tensi
Untuk Upaya pencegahan dengan menggunakan Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati tetap juga berlaku untuk penyakit tidak menular, upaya pencegahan penyakit tidak menular ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada 4 tingkat pencegahan dalam epidemiologi itu adalah
  1. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi multimitra.
  2. Pencegahan tingkat pertama, meliputi  Promosi  kesehatan masyarakat, misalnya : kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat. Yang lainnya adalah Pencegahan khusus, misalnya : pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif
  3. Pencegahan tingkat kedua meliputi Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening. Pencegahan tingkat dua lainya adalah Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah
  4. Pencegahan tingkat ketiga meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.
Kesimpulannya yang perlu diketahui dari epidemiologi penyakit tidak menular dan factor resiko adalah  dimulai dari pemahaman tentang Epidemiologi  yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan  adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok masyarakat. Penyakit  yang dikaji  bisa penyakit menular,  bisa juga penyakit tidak menular. Intinya kajian  adalah ditemukan penyebab. Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan

Tidak ada komentar: